a. Data nominal
Menuruti Moh. Nazir,
data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan
kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan
apapun.
Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama,
atau diskrit.
Data nominal merupakan data diskrit dan tidak memiliki urutan.
Data nominal merupakan data diskrit dan tidak memiliki urutan.
Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan
kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang
tindih dan bersisa.
Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan angka, misalnya:
Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan angka, misalnya:
- tenis (1),
- basket (2) dan
- renang (3).
Jelas kelihatan bahwa angka yang diberikan
tidak menunjukkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis
ataupun tingkat renang lebih tinggi dari tenis.
Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan.
Angka yang diberikan hanya berfungsi sebagai label saja.
Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan.
Angka yang diberikan hanya berfungsi sebagai label saja.
Begitu juga tentang suku, yakni Dayak, Bugis dan Badui. Tentang partai, misalnya Partai Bulan, Partai Bintang dan Partai Matahari. Masing-masing kategori tidak dinyatakan lebih tinggi dari atribut (nama) yang lain.
Seseorang yang pergi
ke Jakarta, tidak akan pernah
mengatakan dua setengah kali, atau tiga seperempat kali. Tetapi akan mengatakan
dua kali, lima kali, atau tujuh kali.
Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga.
Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga.
Numerik yang
dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya. Tidak akan pernah ada bilangan
pecahan.
Data nominal ini diperoleh dari hasil
pengukuran dengan skala nominal.
Menuruti Sugiono, alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang digunakan untuk data nominal adalah Coefisien Contingensi.
Menuruti Sugiono, alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang digunakan untuk data nominal adalah Coefisien Contingensi.
Tetapi karena
pengujian hipotesis Coefisien Contingensi memerlukan rumus Chi Square/chi kuadrat/kai kuadrat (χ2), *****maka perhitungannya dilakukan setelah kita
menghitung Chi Square.
Penggunaan model statistik nonparametrik selain Coefisien Contingensi tidak lazim dilakukan.
b. Data ordinal
Data ordinal, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan.
Penggunaan model statistik nonparametrik selain Coefisien Contingensi tidak lazim dilakukan.
b. Data ordinal
Data ordinal, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan.
Angka yang diberikan
mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan
objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya.
Ukuran ini tidak
memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat
saja.
Jika kita memiliki
sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4,
5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu
dengan lainnya tidak sama.
Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah.
Atau paling baik sampai ke yang paling buruk. Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir), mulai dari:
Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah.
Atau paling baik sampai ke yang paling buruk. Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir), mulai dari:
- sangat setuju,
- setuju,
- ragu-ragu,
- tidak setuju
- sangat tidak setuju.
Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan
masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai
dari:
- tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5,
- kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4,
- kurang menghadiri, dengan kode 3,
- tidak pernah menghadiri, dengan kode 2
- tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode
1.
Dari hasil pengukuran
dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal. Alat analisis (uji
hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang lazim digunakan untuk
data ordinal adalah Spearman Rank Correlation dan Kendall Tau.
c. Data interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur.
Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur.
c. Data interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur.
Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur.
Data yang diperoleh
dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval.
Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni:
A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1 = 2.
Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 – 3 = 3.
Akan tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A ataupun prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa B.
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval.
Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni:
A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1 = 2.
Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 – 3 = 3.
Akan tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A ataupun prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa B.
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval.
Alat analisis (uji
hipotesis asosiatif) statistik parametrik yang lazim digunakan untuk data
interval ini adalah Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation,
Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple Regression.
d. Data rasio
Ukuran rasio (data rasio) yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur.
Data rasio, yang diperoleh melalui mengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol.
d. Data rasio
Ukuran rasio (data rasio) yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur.
Data rasio, yang diperoleh melalui mengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol.
Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda
angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik nol di atas.
Oleh karena ada titik nol, maka data rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian.
Oleh karena ada titik nol, maka data rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian.
Angka pada data rasio
dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur.
Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000.
Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000.
Bila dilihat dengan ukuran rasio maka;
- pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan
pengemudi A.
- Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan
pengemudi A.
- Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan
pengemudi B.
Dengan kata lain, rasio antara;
- pengemudi C dan A adalah 4 : 1,
- pengemudi D dan A adalah 5 : 1,
- pengemudi C dan B adalah 4 : 3.
Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000, dan pendapatan
pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A.
Contoh data rasio lainnya adalah berat badan bayi yang diukur
dengan skala rasio.
Bayi A memiliki berat 3 Kg.
Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki
berat 1 Kg. Jika diukur dengan skala rasio, maka bayi A
memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C.
Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari
berat badan bayi C, dan bayi C memiliki rasio berat badan sepertiga kali berat
badan bayi A, dst.
Dari hasil pengukuran
dengan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data rasio.
Alat analisis (uji
hipotesis asosiatif) yang digunakan adalah statistik parametrik dan yang
lazim digunakan untuk data ratio ini adalah Pearson Korelasi Product Moment,
Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple
Regression.
Sesuai dengan ulasan jenis pengukuran yang digunakan, maka variabel penelitian lazimnya bisa di bagi menjadi 4 jenis variabel, yakni variabel nominal, variabel ordinal, variabel interval, dan variabel ratio.
Sesuai dengan ulasan jenis pengukuran yang digunakan, maka variabel penelitian lazimnya bisa di bagi menjadi 4 jenis variabel, yakni variabel nominal, variabel ordinal, variabel interval, dan variabel ratio.
Variabel nominal, yaitu variabel yang dikategorikan
secara diskrit dan saling terpisah satu sama lain, misalnya status perkawinan,
jenis kelamin, suku bangsa, profesi pekerjaan seseorang dan
sebagainya.
Variabel ordinal adalah variabel yang disusun atas dasar peringkat,
seperti motivasi seseorang untuk bekerja, peringkat perlombaan catur, peringkat
tingkat kesukaran suatu pekerjaan dan lain-lain.
Variabel interval adalah variabel yang diukur dengan
ukuran interval seperti indek prestasi mahasiswa, skala termometer dan
sebagainya.
Variabel rasio adalah variabel yang disusun dengan ukuran ratio seperti
tingkat penganggguran, penghasilan, berat badan, dan sebagainya.
e. Konversi variabel ordinal
Adakalanya kita tidak ingin menguji hipotesis dengan alat uji hipotesis statistik nonparametrik dengan berbagai pertimbangan, baik dari segi biaya, waktu maupun dasar teori. Misalnya kita ingin melakukan uji statistik parametrik Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regresion dan Multiple Regression.
e. Konversi variabel ordinal
Adakalanya kita tidak ingin menguji hipotesis dengan alat uji hipotesis statistik nonparametrik dengan berbagai pertimbangan, baik dari segi biaya, waktu maupun dasar teori. Misalnya kita ingin melakukan uji statistik parametrik Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regresion dan Multiple Regression.
Padahal data yang kita miliki adalah hasil
pengukuran dengan skala ordinal, sedangkan persyaratan penggunaan statistik
parametrik adalah selain data harus berbentuk interval atau ratio, data harus
memiliki distribusi normal.
Jika kita tidak ingin
melakukan uji normalitas karena data yang kita miliki adalah data ordinal, hal
itu bisa saja kita lakukan dengan cara menaikkan data dari pengukuran skala
ordinal menjadi data dalam skala interval dengan metode Suksesive Interval..
Menuruti Al-Rasyid, menaikkan data dari skala ordinal menjadi skala interval dinamakan transformasi data. Transformasi data itu dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan Metode Suksesive Interval (MSI).
Menuruti Al-Rasyid, menaikkan data dari skala ordinal menjadi skala interval dinamakan transformasi data. Transformasi data itu dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan Metode Suksesive Interval (MSI).
Tujuan dari
dilakukannya transformasi data adalah untuk menaikkan data dari skala
pengukuran ordinal menjadi skala dengan pengukuran interval yang lazim
digunakan bagi kepentingan analisis statistik parametrik.
Transformasi data
ordinal menjadi interval itu, selain merupakan suatu kelaziman, juga untuk
mengubah data agar memiliki sebaran normal.
Artinya, setelah dilakukan transformasi data dari
ordinal menjadi interval, penggunaan model dalam suatu penelitian tidak perlu
melakukan uji normalitas.
Karena salah satu
syarat penggunaan statistik parametrik, selain data harus memiliki skala
interval (dan ratio), data juga harus memiliki distribusi (sebaran)
normal.
Dengan dilakukannya
transformasi data, diharapkan data ordinal sudah menjadi data interval dan
memiliki sebaran normal yang langsung bisa dilakukan analisis dengan statistik
parametrik. Berbeda dengan statistik nonparametrik, ia hanya digunakan untuk
mengukur distribusi. (Ronald E. Walpole).
Perbedaan Jenis atau kadang disebut jenis skala Data :
Perbedaan Jenis atau kadang disebut jenis skala Data :
Skala Nominal
- Merupakan skala yang hanya membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan jenis atau macamnya
- Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Jenis pekerjaan bisa diklasifikasi
sebagai:
1. Pegawai negeri
1. Pegawai negeri
2. Pegawai swasta
3.
Wiraswasta
Ciri Data Nominal:
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah dari pegawai swasta.
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah dari pegawai swasta.
-Tidak bisa dilakukan operasi matematika (X, +, - atau : ).
Contoh, tidak mungkin 3-2=1 (Wiraswasta dikurangi pegawai swasta=pegawai negeri
Skala Ordinal
- Merupakan
skala yang membedakan kategori berdasarkan tingkat atau urutan.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
- Sangat puas
- Puas
- Cukup puas
- Tidak puas
- Sangat tidak puas
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
- Sangat puas
- Puas
- Cukup puas
- Tidak puas
- Sangat tidak puas
Ciri Data Ordinal:
- posisi data tidak setara. Dalam kasus di atas, sikap pelanggan
yang sangat puas, lebih tinggi dari yang puas. Sikap pelanggan yang puas, lebih
tinggi dari yang cukup puas, dst. Angka/tanda bisa dibalik dari 5 hingga 1,
tergantung kesepakatan.
- Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas ditambah puas = cukup puas)
- Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas ditambah puas = cukup puas)
Skala Interval
-
Merupakan skala yang membedakan kategori dengan selang atau jarak tertentu dengan jarak antar kategorinya sama.
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169, dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
- Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-0=100
- Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169, dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
- Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-0=100
- Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
Ciri Data Interval:
- Tidak ada kategorisasi atau pemberian kode seperti terjadi pada
data nominal dan ordinal.
- Bisa dilakukan operasi matematika. (panas 40 derajad adalah dua
kali panas disbanding 20 derajad)
Skala Rasio
- Merupakan
penggabungan dari ketiga sifat skala sebelumnya. Skala rasio memiliki nilai nol
mutlak dan datanya dapat dikalikan atau dibagi.
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh : tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh : tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Tak ada kategorisasi
atau pemberian kode.
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2 mangga = 7 mangga.
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2 mangga = 7 mangga.
Kelebihan
- Penggunaan skala untuk membedakan kategori yang satu
dengan yang lain sangatlah praktis.
- Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
- Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
Kekurangan
- Skala
yang lebih tinggi (rasio dan interval) dapat diubah dalam skala yang lebih
rendah (nominal dan ordinal), namun tidak berlaku sebaliknya.
- See more at:
http://catatan-ati.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-nominalordinalinterval-dan.html#sthash.pVMVMQRi.dpuf
Skala Nominal
- Merupakan skala yang hanya membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan jenis atau macamnya
- Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Jenis pekerjaan bisa diklasifikasi
sebagai:
1. Pegawai negeri
1. Pegawai negeri
2. Pegawai swasta
3.
Wiraswasta
Ciri Data Nominal:
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah dari pegawai swasta.
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah dari pegawai swasta.
-Tidak bisa dilakukan operasi matematika (X, +, - atau : ).
Contoh, tidak mungkin 3-2=1 (Wiraswasta dikurangi pegawai swasta=pegawai negeri
Skala Ordinal
- Merupakan
skala yang membedakan kategori berdasarkan tingkat atau urutan.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
- Sangat puas
- Puas
- Cukup puas
- Tidak puas
- Sangat tidak puas
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
- Sangat puas
- Puas
- Cukup puas
- Tidak puas
- Sangat tidak puas
Ciri Data Ordinal:
- posisi data tidak setara. Dalam kasus di atas, sikap pelanggan
yang sangat puas, lebih tinggi dari yang puas. Sikap pelanggan yang puas, lebih
tinggi dari yang cukup puas, dst. Angka/tanda bisa dibalik dari 5 hingga 1,
tergantung kesepakatan.
- Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas ditambah puas = cukup puas)
- Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas ditambah puas = cukup puas)
Skala Interval
-
Merupakan skala yang membedakan kategori dengan selang atau jarak tertentu dengan jarak antar kategorinya sama.
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169, dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
- Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-0=100
- Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169, dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
- Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-0=100
- Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
Ciri Data Interval:
- Tidak ada kategorisasi atau pemberian kode seperti terjadi pada
data nominal dan ordinal.
- Bisa dilakukan operasi matematika. (panas 40 derajad adalah dua
kali panas disbanding 20 derajad)
Skala Rasio
- Merupakan
penggabungan dari ketiga sifat skala sebelumnya. Skala rasio memiliki nilai nol
mutlak dan datanya dapat dikalikan atau dibagi.
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh : tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh : tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Tak ada kategorisasi
atau pemberian kode.
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2 mangga = 7 mangga.
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2 mangga = 7 mangga.
Kelebihan
- Penggunaan skala untuk membedakan kategori yang satu
dengan yang lain sangatlah praktis.
- Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
- Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
Kekurangan
- Skala
yang lebih tinggi (rasio dan interval) dapat diubah dalam skala yang lebih
rendah (nominal dan ordinal), namun tidak berlaku sebaliknya.
- See more at:
http://catatan-ati.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-nominalordinalinterval-dan.html#sthash.pVMVMQRi.dpuf
Skala Nominal
- Merupakan skala yang hanya membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan jenis atau macamnya
- Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Jenis pekerjaan bisa diklasifikasi sebagai:
1. Pegawai negeri
1. Pegawai negeri
2. Pegawai
swasta
3.
Wiraswasta
Ciri Data Nominal:
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah dari pegawai swasta.
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah dari pegawai swasta.
-Tidak bisa dilakukan operasi matematika (X, +, - atau : ). Contoh, tidak
mungkin 3-2=1 (Wiraswasta dikurangi pegawai swasta=pegawai negeri
Skala Ordinal
- Merupakan skala yang membedakan kategori berdasarkan tingkat atau urutan.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
- Sangat puas
- Puas
- Cukup puas
- Tidak puas
- Sangat tidak puas
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
- Sangat puas
- Puas
- Cukup puas
- Tidak puas
- Sangat tidak puas
Ciri
Data Ordinal:
- posisi data
tidak setara. Dalam kasus di atas, sikap pelanggan yang sangat puas, lebih
tinggi dari yang puas. Sikap pelanggan yang puas, lebih tinggi dari yang cukup
puas, dst. Angka/tanda bisa dibalik dari 5 hingga 1, tergantung
kesepakatan.
- Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas ditambah puas = cukup puas)
- Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas ditambah puas = cukup puas)
Skala Interval
- Merupakan skala yang membedakan kategori dengan selang atau jarak tertentu dengan jarak antar kategorinya sama.
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169, dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
- Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-0=100
- Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169, dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
- Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-0=100
- Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
Ciri
Data Interval:
- Tidak ada kategorisasi atau pemberian kode seperti terjadi pada data
nominal dan ordinal.
- Bisa dilakukan operasi matematika. (panas 40 derajad adalah dua kali
panas disbanding 20 derajad)
Skala Rasio
- Merupakan penggabungan dari ketiga sifat skala sebelumnya. Skala
rasio memiliki nilai nol mutlak dan datanya dapat
dikalikan atau dibagi.
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh : tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh : tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Tak ada kategorisasi atau pemberian kode.
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2 mangga = 7 mangga.
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2 mangga = 7 mangga.
Kelebihan
- Penggunaan skala untuk membedakan kategori yang satu dengan yang
lain sangatlah praktis.
- Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
- Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
Kekurangan
- Skala yang lebih tinggi (rasio dan interval) dapat diubah dalam skala yang
lebih rendah (nominal dan ordinal), namun tidak berlaku sebaliknya.
http://catatan-ati.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-nominalordinalinterval-dan.html
Jenis-Jenis Skala Pengukuran Statistik
Skala adalah
perbandingan antar kategori sebuah objek yang diberi bobot nilai berbeda.
Jenis-jenis skala pengukuran adalah nominal, ordinal, interval dan rasio.
Pengukuran adalah dasar setiap penelitian ilmiah. Segala sesuatu yang peneliti lakukan dimulai dengan pengukuran apa pun yang ingin diteliti. Pengukuran adalah meletakkan angka ke suatu objek.
Tapi sering muncul kebingungan mengenai jenis skala yang harus digunakan dalam mengukur. Penting dalam analisis statistik untuk mengetahui tipologi jenis-jenis skala berbeda.
Jenis skala berbeda menyebabkan karakteristik data berbeda sehingga berkaitan dengan metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data. Dalam statistik ada 4 jenis-jenis skala yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.
SKALA NOMINAL (SKALA LABEL)
Skala ini menempatkan angka sebagai atribut objek. Tidak memiliki efek evaluatif karena hanya menempatkan angka ke dalam kategori tanpa struktur, tidak memiliki peringkat dan tidak ada jarak.
Contoh Data Variabel :
- Ya = 1 dan Tidak = 0
- Pria = 1 dan Wanita = 0
- Hitam = 1, Abu-abu = 2, Putih =
2
Analisis Statistik :
Angka tidak bermakna matematika. Analisis statistik yang dapat digunakan berada dalam kelompok non-parametrik yaitu frekuensi dan tabulasi silang dengan Chi-square.
SKALA ORDINAL (SKALA PERINGKAT)
Skala ordinal memiliki peringkat, tapi tidak ada jarak posisional objektif antar angka karena angka yang tercipta bersifat relatif subjektif. Skala ini menjadi dasar dalam Skala Likert.
Contoh Data Variabel :
- Sangat Tidak Setuju = 1
Tidak Setuju = 2
Tidak Tahu = 3
Setuju = 4
Sangat Setuju = 5 - Pendek = 1
Sedang = 2
Tinggi = 3 - Tidak enak = 1
Ragu-ragu = 2
Enak = 3
Analisis Statistik :
Angka 1 lebih rendah dari angka 2 dalam peringkat, tapi tidak bisa dilakukan operasi matematika. Data ordinal menggunakan statistik non-parametrik mencakup frekuensi, median dan modus, Spearman rank-order correlation dan analisis varian.
SKALA INTERVAL (SKALA JARAK)
Skala interval adalah skala ordinal yang memiliki poin jarak objektif dalam keteraturan kategori peringkat, tapi jarak yang tercipta sama antar masing-masing angka.
Contoh Data Variabel :
- Umur 20-30 tahun = 1
Umur 31-40 tahun = 2
Umur 41-50 tahun = 3 - Suhu 0-50 Celsius = 1
Suhu 51-100 Celsius = 2
Suhu 101-150 Celsius = 3
Analisis Statistik :
Angka 3 berarti lebih tua atau lebih panas dari angka 2 setara dengan angka 2 terhadap angka 1, bisa operasi penjumlahan dan pengurangan. Statistik parametrik yaitu deviasi mean dan standar, korelasi r, regresi, analisis varian dan analisis faktor ditambah berbagai multivariat.
SKALA RASIO (SKALA MUTLAK)
Skala rasio adalah skala interval yang memiliki nol mutlak.
Contoh Data Variabel :
- 0 tahun, 1 tahun, 2 tahun, 3
tahun, ..... dst.
- ..... -3C, -2C, -1C, 0C, 1C,
2C, 3C, ..... dst.
- ..... 0,71m ..... 5,38m .....
12,42m ..... dst.
Analisis Statistik :
Berlaku semua operasi matematika. Analisis statistik sama dengan skala interval.
sumber : tu.laporanpenelitian.com/2014/11/24.html
DAFTAR PUSTAKA
Skala Nominal
- Merupakan skala
yang hanya membedakan kategori / klasifikasi
berdasarkan jenis atau macamnya
- Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Jenis pekerjaan bisa diklasifikasi sebagai:
1. Pegawai negeri
1. Pegawai negeri
2. Pegawai
swasta
3. Wiraswasta
Ciri Data Nominal:
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah dari pegawai swasta.
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah dari pegawai swasta.
-Tidak
bisa dilakukan operasi matematika (X, +, - atau : ). Contoh, tidak mungkin
3-2=1 (Wiraswasta dikurangi pegawai swasta=pegawai negeri
Skala Ordinal
- Merupakan skala yang membedakan kategori
berdasarkan tingkat atau urutan.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
- Sangat puas
- Puas
- Cukup puas
- Tidak puas
- Sangat tidak puas
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
- Sangat puas
- Puas
- Cukup puas
- Tidak puas
- Sangat tidak puas
Ciri Data Ordinal:
-
posisi
data tidak setara. Dalam kasus di atas, sikap pelanggan yang sangat puas, lebih
tinggi dari yang puas. Sikap pelanggan yang puas, lebih tinggi dari yang cukup
puas, dst. Angka/tanda bisa dibalik dari 5 hingga 1, tergantung
kesepakatan.
- Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas ditambah puas = cukup puas)
- Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas ditambah puas = cukup puas)
Skala Interval
- Merupakan skala yang membedakan kategori dengan selang atau jarak tertentu
dengan jarak antar kategorinya sama.
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169, dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
- Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-0=100
- Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169, dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
- Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-0=100
- Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
Ciri Data Interval:
- Tidak
ada kategorisasi atau pemberian kode seperti terjadi pada data nominal dan
ordinal.
- Bisa
dilakukan operasi matematika. (panas 40 derajad adalah dua kali panas
disbanding 20 derajad)
Skala Rasio
- Merupakan penggabungan dari
ketiga sifat skala sebelumnya. Skala rasio memiliki nilai nol mutlak dan
datanya dapat dikalikan atau dibagi.
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh : tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh : tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Tak
ada kategorisasi atau pemberian kode.
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2 mangga = 7 mangga.
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2 mangga = 7 mangga.
Kelebihan
-
Penggunaan skala untuk membedakan kategori yang satu dengan yang lain sangatlah praktis.
- Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
- Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
Kekurangan
- Skala yang lebih tinggi (rasio dan interval)
dapat diubah dalam skala yang lebih rendah (nominal dan ordinal), namun tidak
berlaku sebaliknya.
- See more at:
http://catatan-ati.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-nominalordinalinterval-dan.html#sthash.pVMVMQRi.dpuf
- Al-Rasyid, H. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan
Skala. Pascasarjana UNPAD, Bandung, 1994.
- Anita Kesumahati, Skripsi, PS Matematika, Unila,
Penggunaan Korelasi Polikhorik dan Pearson untuk Variabel Ordinal Dalam
Model Persamaan Struktural, 2005.
- Hays, W. L., Quantification in Psychology, Prentice Hall. New Delhi, 1976.
- J.T. Roscoe, Fundamental Research Statistic for the
Behavioral Sciences, Hol, Rinehart and Winston, Inc., New York, 1969
- J Supranto, Statistik, Teori Dan Aplikasi, Edisi
Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987
- Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2003.
- Ronald E। Walpole. Pengantar Statistika, Edisi ke-3, Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
- Riduan, Dasar-dasar Statistika, Penerbit ALFABETA
Bandung, 2005.
- Sugiono, Prof. Dr. 2004. Statistika Nonparametrik Untuk
Penelitian, Penerbit CV ALFABETA, Bandung.
- Suharto, 2007. Kumpulan Bahan Kuliah Statistika,
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Metro. .
- Wijayanto, 2003. Structural Equation Modeling dengan
LISREL 8.5. Pascasarjana FE-UI, Jakarta.
- Zaenal Mustafa El Qodri. 1985. Pengantar
Statistika, Bagian Penerbitan Fakultas Ekokomi Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
penyusun : Ir.
Iwanudin, S.Pd (kang Diwan)
No comments:
Post a Comment