TUGAS KLIPING
PERTEMPURAN DI GORONTALO SETELAH
PROKLAMASI
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
Disusun Oleh :
Nama : Saiful Usman
Kelas : VIII B
MTS WATHONIAH ISLAMIAH KARANGDUWUR
KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN
Sejarah:
Indonesia 3 Kali Merdeka
Proklamasi
Gorontalo 23 Januari 1942
Kekalahan Belanda oleh Jepang, pada Perang di
Laut Jawa, membuatnya menjadi gelap mata. Gorontalo dibumi hanguskan yang
dimulai pada tanggal 28 Desember 1941. Adalah seorang pemuda bernama Nani
Wartabone (saat itu berumur 35 tahun) memimpin perjuangan rakyat Gorontalo
dengan menangkapi para pejabat Belanda yang masih ada di Gorontalo.
Quote:

Bergerak dari kampung-kampung di pinggiran kota
Gorontalo seperti Suwawa, Kabila dan Tamalate, mereka bergerak mengepung kota
Gorontalo. Hingga akhirnya Komandan Detasemen Veld Politie WC Romer dan
beberapa kepala jawatan yang ada di Gorontalo menyerah takluk pada pukul 5
subuh.
Dengan
sebuah keyakinan yang tinggi, pada pukul 10 pagi Nani Wartabone memimpin
langsung upacara pengibaran bendera Merah Putih di halaman Kantor Pos
Gorontalo. Dan dihadapan massa yang berkumpul, ia berkata :
Quote:
“Pada hari ini, tanggal
23 Januari 1942, kita bangsa Indonesia yang berada di sini sudah merdeka
bebas, lepas dan penjajahan bangsa mana pun juga. Bendera kita yaitu Merah
Putih, lagu kebangsaan kita adalah Indonesia Raya. Pemerintahan Belanda sudah
diambil oleh Pemerintah Nasional. Agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban.”
|
Quote:
Selanjutnya Nani Wartabone
mengumpulkan rakyat dalam sebuah rapat akbar (layaknya peristiwa lapangan
Ikada) di Tanah Lapang Besar Gorontalo untuk menegaskan kembali kemerdekaan
yang sudah diproklamasikan.
|
Namun
sayangnya ketika Jepang mendarat di Gorontalo, 26 Februari 1942, Jepang
melarang pengibaran bendera Merah Putih dan memaksa rakyat Gorontalo untuk
takluk tanpas syarat kepada Jepang.
Kisah
Nani Wartabone terlalu panjang untuk diungkapan, walau ia di masa Jepang
mengalami patah semangat ketika Jepang tak mau diajak berkompromi hingga
akhirnya ia kembali ke kampung halamannya di Suwawa dan hidup sebagai petani.
Saat
kekalahan Jepang oleh Sekutu, Jepang bersikap lain. Sang Saka Merah Putih
diijinkan berkibar di Gorontalo dan Jepang menyerahkan pemerintahan Gorontalo
kepada Nani Wartabone pada tanggal 16 Agustus 1945. Sementara rakyat
Gorontalo baru mengetahui telah terjadi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di
Jakarta pada tanggal 28 Agustus 1945.
Nani
Wartabone memimpin Gorontalo untuk masa-masa kelam berikutnya, menghadapi
pasukan Belanda yang membonceng Sekutu. Dalam sebuah perundingan di sebuah
kapal perang sekutu pada tanggal 30 November 1945, Belanda menangkap dan
menawannya. Ia dibawa ke Manado dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara atas
tuduhan makar pada tanggal 23 Januari 1942 yaitu Proklamasi yang dibacakannya.
Namun
di waktu yang berjalan, kekalahan sekutu mengubah nasibnya kelak. Ia kembali ke
Gorontalo pada tanggal 2 Februari 1950. Nani Wartabone pada tanggal 6 April
1950 menolak RIS dan memilih bergabung dengan NKRI. Untuk beberapa waktu ia
dipercaya sebagai kepala pemerintahan di Gorontalo, hingga Penjabat Kepala
Daerah Sulawesi Utara, dan anggota DPRD Sulawesi Utara. Selanjutnya ia memilih
untuk kembali tinggal dan bertani di desanya di Suwawa.
Tapi
itu juga tak berlangsung lama. Letkol Ventje Sumual dan kawan-kawannya
memproklamasikan pemerintahan PRRI/PERMESTA di Manado pada bulan Maret 1957. Ia
terpanggil kembali untuk melawan. Namun perlawanan tak seimbang, karena pasukan
Nani Wartabone kekurangan persenjataan, hingga mereka memilih untuk bergerilya
di dalam hutan, sekedar menghindar dari sergapan tentara PRRI/PERMESTA.
Pada bulan Ramadhan 1958 datanglah bantuan
pasukan tentara dari Batalyon 512 Brawijaya yang dipimpin oleh Kapten Acub
Zaenal dan pasukan dari Detasemen 1 Batalyon 715 Hasanuddin yang dipimpin oleh
Kapten Piola Isa. Bersama pasukan-pasukan dari pusat inilah mereka berhasil
merebut kembali pemerintahan di Gorontalo dari tangan PRRI/PERMESTA pada pertengahan
Juni 1958.

Proklamasi Cirebon 16 Agustus 1945
Kekalahan
Jepang tinggal menghitung hari saja, setelah dijatuhkannya bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki. Namun karena Jakarta tidak termasuk jalur perang Jepang
dengan Sekutu, maka yang terlihat kekuatan bala tentara Jepang masih utuh.
Suasana
Jakarta tetap mencekam bagi para kelompok pergerakan. Ada 4 kelompok illegal
menurut Maroeto Nitimihardjo yang tampak saat itu, yaitu kelompok Soekarni,
Kelompok Sjahrir, Kelompok Mahasiswa dan Kelompk Kaigun.
Kelompok-kelompok
itu mendengar Sjahrir meminta Soekarno dan Hatta untuk mempercepat pernyataan
Proklamasi sekembalinya Soekarno dan Hatta dari perundingan di Dalat, Saigon
dengan Marsekal Terauchi, wakil kaisar Jepang. Namun Soekarno masih menunggu
kepastian dari Laksmana Maeda tentang hal kekalahan Jepang tersebut
Hal
ini membuat kelompok-kelompok illegal itu marah dikarenakan mereka melihat
keraguan Sjahrir selama ini untuk menjalankan kesepakatan bahwa Sjahrirlah yang
harus siap memimpin kemerdekaan dikarenakan ia bersih dari pengaruh Jepang.
Hingga membuat kelompok-kelompok illegal ini, tidak termasuk Sjahrir bergerak
cepat.
Quote:

![]() Alun-alun Cirebon tempat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 16 Agustus 1945 |
Quote:
Terjadi beberapa pertemuan antara
lain di Jalan Cikini Raya 71, di Lembaga Ecykman dan di Laboratorium
Mikrobiologi (di samping pasar Cikini). Wikana dan dr. Darwis ditugaskan
untuk mendesak langsung Soekarno-Hatta (tanpa perantara Sjahrir) untuk
memproklamirkan kemerdekaan yang berujung dengan “penculikan” atau membawa
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Gerak cepat yang tak ragu-ragu ini akhirnya
melahirkan sebuah peristiwa di pagi hari di tanggal 17 Agutus 1945 sebagai
hari kemerdekaan.
|
Di
waktu yang berjalan cepat dalam ketidak pastian peristiwa, seorang bernama
dr.Soedarsono (ayah dari Juwono Soedarsono) datang bertemu Maroeto Nitimihardjo
(seperti pengakuannnya di buku berjudul “Ayahku Maroeto Nitimihardjo Mengungkap
Rahasia Gerakan Kemerdekaan” karangan Hadidjojo, anak Maroeto) di sebuah ‘pengungsian’
bagi istri dan anaknya yaitu di desa Perapatan, sebelah barat Palimanan, 30 km
jauhnya dari Cirebon tempat dr.Soedarsono berasal. Dr.Soedarsono meminta
teks Proklamasi yang dibuat Sjahrir yang katanya dititipkan pada Maroeto. Namun
Maroeto menyatakan tidak ada.
Hingga
dr.Soedarsono menjadi berang dan berkata, “Saya
sudah bersepeda 60 kilometer hanya untuk mendengar, Sjahrir tidak berbuat
apa-apa. Katakan kepada Sjahrir, saya akan membuat proklamasi di Cirebon.”
Dan akhirnya terkabarlah bahwa Proklamasi itu
dibuat dan dibacakan oleh dr.Soedarsono pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945
di alun-alun Cirebon yang dihadiri sekitar 150 orang. Sehari sebelum
Soekarno membacakan Proklamasi di penggangsaan Timur 56 Jakarta.
Namun
kisah yang dipaparkan Maroeto berbeda dengan kisah yang diungkap oleh Des Alwi,
anak angkat Sjahrir. Menurutnya, teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono
adalah hasil karya Sjahrir dan aktivis gerakan bawah tanah lainnya yang
melibatkan Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis.
Penyusunan teks dilakukan di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta, pada 13 Agustus
1945.
Ada
sebaris teks proklamasi yang diingat oleh Des Alwi yaitu : “Kami bangsa
Indonesia dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kami tak mau
dijajah dengan siapa pun juga.
Proklamasi 17 Agustus 1945Pagi itu di
jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, sudah dipenuhi dengan orang-orang yang
berharap peristiwa besar akan terjadi. Jumat, 17 Agustus 1945, halaman rumah di
jalan Pegangsaan Timur no.56 menjadi tempat berkumpulnya para pemuda. Sebuah
tiang menjadi tatapan dan mereka berharap mimpinya akan berkibar di ujung tiang
itu.Seseorang memasuki halaman, lalu menuju ke dalam rumah. Sejenak ia
mendapatkan keheningan, waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Lalu ia memasuki
sebuah kamar dan mendapatinya sedang tertidur pulas. Pelan-pelan ia mengusap
kaki seseorang yang terlihat lelah. Lelaki itu baru pulang pagi tadi dari
Rengasdengklok.
Quote:
Lelaki
itu terbangun dan memandangnya. Senyumnya begitu lemah, terucap kata,
“pating greges.” Tamu yang disapanya memberikan obat, setelah memeriksa ada
panas di tubuh lelaki yang dibangunkannya.
Quote:
Dialah seorang dokter bernama dr.
R. Soeharto, dan lelaki yang mengatakan dirinya tak enak badan itu adalah
Soekarno. Lalu atas persetujuan Soekarno, sang dokter memberinya sebuah
suntikan chinine-urethan intramusculair. Lalu Soekarno melanjutkan tidurnya sejenak.
|
Pukul
9.30 pagi, Soekarno terbangun, tubuhnya terlihat lebih sehat. Ketika berjumpa
dengan sang dokter, ia meminta agar Hatta segera dipanggil untuk datang.
Dengan
berpakaian rapi, mengenakan pakaian serba putih (celana lena putih dan kemeja
putih) dengan potongan yang saat itu popular disebut sebagai “kemeja pimpinan”
dengan bersaku empat, Soekarno menyambut Hatta dan segera menuju halaman depan
rumahnya. Sebuah teks Proklamasi dibacakan.
Inilah
sebuah pernyataan kemerdekaan yang sebelumnya di dalam pidatonya Soekarno ada
mengatakan “…sekarang tibalah saatnya kita
benar-benar mengambil nasib bangsa dan tanah air di tangan kita sendiri. Hanya
bangsa yang berani mengambil nasib di tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan
kuatnya…”
Puncak
perjuangan yang pada akhirnya harus keluar dari mulut Soekarno, sebuah bukti
sejarah bahwa ia memang layak mengambil posisi untuk menyatakan itu. Karena
sebelum Proklamasi ini terjadi, sebelumnya juga sudah dibacakan dua proklamasi
yaitu Proklamasi Gorontalo 23 Januari 1942 dan
Proklamasi Cirebon 15 Agustus 1945. Namun kedua Proklamasi ini tidak
diakui sebagai buah pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam arti sebagai
hari peringatan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera
Merah Putih dikibarkan pada tahun 1292 oleh tentara Jayakatwang ketika
berperang melawan kekuasaan Kertanegara dari Singosari (1222-1292). Sejarah itu
disebut dalam tulisan bahwa
Jawa kuno yang memakai tahun 1216 Caka (1254
Masehi), menceritakan tentang perang antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.
Mpu Prapanca di dalam buku karangannya Negara
Kertagama mencerirakan tentang digunakannya warna Merah Putih dalam upacara
hari kebesaran raja pada waktu pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di
kerajaan Majapahit tahun 1350-1389 M. Menurut Prapanca, gambar-gambar yang
dilukiskan pada kereta-kereta raja-raja yang menghadiri hari kebesaran itu
bermacam-macam antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi dengan gambar buah
meja yang berwarna merah. Atas dasar uraian itu, bahwa dalam kerajaan Majapahit
warna merah dan putih merupakan warna yang dimuliakan.
Dalam suatu kitab tembo alam Minangkabau yang
disalin pada tahun 1840 dari kitab yang lebih tua terdapat ambar bendera alam
Minangkabau, berwarna Merah Putih Hitam. Bendera ini merupakan pusaka peninggalan
jaman kerajaan Melayu Minangkabau dalam abad ke 14, ketika Maharaja
Adityawarman memerintah (1340-1347). Warna Merah = warna hulubalang (yang
menjalankan perintah) Warna Putih = warna agama (alim ulama) Warna Hitam =
warna adat Minangkabau (penghulu adat) – Warna merah putih dikenal pula dengan
sebutan warna Gula Kelapa. Di Kraton Solo terdapat pusaka berbentuk bendera
Merah Putih peninggalan Kyai Ageng Tarub, putra Raden Wijaya, yang menurunkan
raja-raja Jawa.
Dalam babat tanah Jawa yang bernama babad
Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan bahwa Ketika Sultan Agung berperang
melawan negeri Pati. Tentaranya bernaung di bawah bendera Merah. Sultan Agung
memerintah tahun 1613-1645.
Di bagian kepulauan lain di Indonesia juga
menggunakan bendera merah putih. Antara lain, bendera perang Sisingamangaraja
IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya ,
bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna
merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang
kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang –
pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna
merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit,
matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.
Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan
sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan
kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.
Pada umumnya warna Merah Putih merupakan
lambang keberanian, kewiraan sedangkan warna Putih merupakan lambang kesucian.
Merah Putih Pada Abad 20
Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali
dalam abad XX sebagai lambang kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922
Perhimpunan Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan
kepala banteng ditengah-tengahnya. Tujuan perhimpunan Indonesia Merdeka
semboyan itu juga digunakan untuk nama majalah yang diterbitkan.
Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia
mengeluarkan buku peringatan 1908-1923 untuk memperingati hidup perkumpulan itu
selama 15 tahun di Eropa. Kulit buku peringatan itu bergambar bendera Merah
Putih kepala banteng.
Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung
Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI
mengibarkan bendera Merah Putih kepala banteng.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk
pertama kalinya bendera merah putih sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam
Konggres Indonesia Muda di Jakarta. Sejak itu berkibarlah bendera kebangsaan
Merah Putih di seluruh kepulauan Indonesia.
justify;”>

Sang saka merah putih di bumi Indonesia
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945
mengadakan sidang yang pertama dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Dalam UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa
Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945
pasal 35 ditetapkan pula bahwa bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Dengan demikian , sejak ditetapkannya UUD 1945 , Sang Merah Putih merupakan
bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sang Saka Merah Putih merupakan julukan
kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan
ini ditujukan untuk bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus
1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan.
Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan
kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.
Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri
Presiden Soekarno, pada tahun 1944. Bendera berbahan katun Jepang (ada juga
yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah kain wool dari London yang
diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus
untuk membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan
keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968,
bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI.
Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini
disimpan di Istana Merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung
berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm. Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x
47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur dan gigitan serangga, noda
berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama dilipat,
lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.
Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan
pada hari ulang tahun kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat
dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya ‘menyaksikan’
dari dalam kotak penyimpanannya.
Makna Bendera Merah Putih
Bendera Indonesia memiliki makna filosofis.
Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah melambangkan tubun utama dalam
masakan Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di
Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul
abang putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan
untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam
rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa
kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah
yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unn utama dalam masakan
Indonesia, terutama di pulau Jawa.
Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara,
warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang
putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk
upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim
berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa
kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah
yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang
ayah, yang ditanam di gua garba.
No comments:
Post a Comment