tekan link dibawah ini untuk lihat yang asli
http://ecleneue.com/1TUj
DATA NOMINAL, ORDINAL, INTERVAL DAN DATA RASIO
(Oleh: Suharto)
http://ecleneue.com/1TUj
DATA NOMINAL, ORDINAL, INTERVAL DAN DATA RASIO
(Oleh: Suharto)
A. Pendahuluan
Fenomena yang sering
terjadi ketika mahasiswa akan menyelesaikan tugas akhir, diantaranya adalah
ketika menemukan data rasio yang pada gilirannya akan berhadapan dengan
model alat analisis mana yang akan di gunakan. Karena dari beberapa literatur,
memperlakukan data rasio berikut alat analisisnya akan memiliki perbedaan
bila kita memperlakukan data yang berbentuk, nominal, ordinal, dan interval. Data rasio memiliki spesifikasi yang paling kuat diantara data-data lain,
dibandingkan dengan misalnya, data nominal, ordinal dan data interval. Data rasio juga memiliki ukuran yang paling komplek dan memiliki sifat-sifat
yang dimiliki oleh data nominal, data ordinal dan data interval serta ditambah
dengan satu sifat yang lain. Selain itu, data rasio lebih tepat bila
diterapkan dengan menggunakan alat analisis statistik parametrik, yakni
statistik yang berhubungan dengan parameter. Sedangkan data nominal dan data
ordinal, memiliki kecenderungan bila kita menggunakan alat analisis statistik
non parametrik.
Beberapa ahli
berpendapat bahwa pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah
diantaranya adalah melakukan langkah-langkah sistematis.
Metode ilmiah adalah
merupakan pengejaran terhadap kebenaran relatif yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis. Karena keberadaan dari ilmu itu adalah untuk
memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah
berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan
pendekatan kesangsian sistematis. Karenanya, penelitian dan metode ilmiah, jika
tidak dikatakan sama, mempunyai hubungan yang relatif dekat. Karena dengan
adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum, akan
mudah dijawab.
Menuruti Schluter (Moh
Nazir, 2006), langkah penting sebelum sampai tahapan analisis data dan
penentuan model adalah ketika kita melakukan pengumpulan dan manipulasi data
sehingga bisa digunakan bagi keperluan pengujian hipotesis. Mengadakan
manipulasi data berarti mengubah data mentah dari awal menjadi suatu bentuk
yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan antar fenomena.
Kelaziman kuantifikasi
sebaiknya dilakukan kecuali bagi atribut-atribut yang tidak dapat dilakukan.
Dan dari kuantifikasi data itu, penentuan mana yang dikatakan data nominal,
ordinal, interval dan rasio bisa dilakukan demi memasuki wilayah penentuan
model.
Pada ilmu-ilmu sosial
yang telah lebih berkembang, melakukan analisis berdasarkan pada kerangka
hipotesis dilakukan dengan membuat model matematis untuk membangun refleksi
hubungan antar fenomena yang secara implisit sudah dilakukan dalam rumusan
hipotesis. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah.
Data bisa memiliki
makna setelah dilakukan analisis dengan menggunakan model yang lazim digunakan
dan sudah diuji secara ilmiah meskipun memiliki peluang menggunakan alat
analisis lain. Akan tetapi masing-masing model, jika ditelaah satu demi satu,
sebenarnya hanya sebagian saja yang bisa digunakan untuk kondisi dan data
tertentu. Ia tidak bisa digunakan untuk menganalisis data jika model yang
digunakan kurang sesuai dengan bagaimana kita memperoleh data jika menggunakan
instrumen. Timbangan tidak bisa digunakan untuk mengukur tinggi badan
seseorang. Sebaliknya meteran tidak bisa digunakan untuk mengukur berat badan
seseorang. Karena masing-masing instrumen memiliki kegunaan masing-masing.
Dalam hal ini, tentu
saja kita tidak ingin menggunakan model analisis hanya semata-mata karena
menuruti selera dan kepentingan. Suatu model hanya lazim digunakan setelah kita
mempertimbangkan kondisi bagaimana data dikumpulkan. Karena dalam teori, alat
analisis model adalah alat yang tidak bisa digunakan dalam kondisi yang tidak
sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan logis. Ia memang bisa digunakan untuk
menghitung secara matematis, akan tetapi tidak dalam teori.
Banyaknya konsumsi
makanan tentu memiliki hubungan dengan berat badan seseorang. Akan tetapi banyaknya
konsumsi makanan penduduk pulau Nias, tidak akan pernah memiliki hubungan
dengan berat badan penduduk Kalimantan. Motivasi kerja sebuah perusahaan
makanan ringan, tidak akan memiliki hubungan dengan produktivitas petani Sawit.
Model analisis statistik hanya bisa digunakan jika data yang diperoleh memiliki
syarat-syarat tertentu. Salah satu diantaranya adalah masing-masing variabel
tidak memiliki hubungan linier yang eksak. Data yang kita peroleh melalui
instrumen pengumpul data itu bisa dianalisis dengan menggunakan model tanpa
melanggar kelaziman.
Bagi keperluan analisis
penelitian ilmu-ilmu sosial, teknik mengurutkan sesuatu ke dalam skala itu
artinya begitu penting mengingat sebagian data dalam ilmu-ilmu sosial mempunyai
sifat kualitatif. Atribut saja sebagai objek penelitian selain kurang
representatif bagi peneliti, juga sebagian orang saat ini menginginkan gradasi
yang lebih baik bagi objek penelitian.
Orang selain kurang begitu
puas dengan atribut baik atau buruk, setuju atau tidak setuju, tetapi juga
menginginkan sesuatu yang berada diantara baik dan buruk atau diantara setuju
dan tidak setuju. Karena gradasi, merupakan kelaziman yang diminta bagi
sebagian orang bisa menguak secara detail objek penelitian. Semakin banyak
gradasi yang dibuat dalam instrumen penelitian, hasilnya akan makin
representatif.
Menuruti Moh. Nazir
(2006), teknik membuat skala adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif
(atribut) menjadi suatu urutan kuantitatif (variabel). Mengubah fakta-fakta
kualitatif menjadi urutan kuantitatif itu telah menjadi satu kelaziman paling
tidak bagi sebagian besar orang, karena berbagai alasan. Pertama, eksistensi
matematika sebagai alat yang lebih cenderung digunakan oleh ilmu-ilmu
pengetahuan sehingga bisa mengundang kuantitatif variabel. Kedua, ilmu
pengetahuan, disamping akurasi data, semakin meminta presisi yang lebih baik,
lebih-lebih dalam mengukur gradasi. Karena perlunya presisi, maka kita belum
tentu puas dengan atribut baik atau buruk saja. Sebagian peneliti ingin
mengukur sifat-sifat yang ada antara baik dan buruk tersebut, sehingga
diperoleh suatu skala gradasi yang jelas.
B. Pembahasan
a. Data nominal
Sebelum kita
membicarakan bagaimana alat analisis data digunakan, berikut ini akan diberikan
ulasan tentang bagaimana sebenarnya data nominal yang sering digunakan dalam
statistik nonparametrik bagi mahasiswa. Menuruti Moh. Nazir, data nominal
adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek
mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun.
Ciri-ciri data nominal
adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan
data diskrit dan tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam
set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak
boleh tumpang tindih dan bersisa.
Misalnya tentang jenis
olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di
atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3). Jelas
kelihatan bahwa angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah raga
basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi dari tenis.
Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka yang
diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. Begitu juga tentang suku, yakni
Dayak, Bugis dan Badui.
Tentang partai,
misalnya Partai Bulan, Partai Bintang dan Partai Matahari. Masing-masing
kategori tidak dinyatakan lebih tinggi dari atribut (nama) yang lain. Seseorang
yang pergi ke Jakarta, tidak akan pernah mengatakan dua setengah kali, atau
tiga seperempat kali. Tetapi akan mengatakan dua kali, lima kali, atau tujuh
kali. Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga. Numerik yang
dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya. Tidak
akan pernah ada bilangan pecahan. Data nominal ini diperoleh dari hasil
pengukuran dengan skala nominal.
Menuruti Sugiono, alat
analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang digunakan untuk
data nominal adalah Coefisien Contingensi. Akan tetapi karena pengujian
hipotesis Coefisien Contingensi memerlukan rumus Chi Square (χ2),
perhitungannya dilakukan setelah kita menghitung Chi Square. Penggunaan model
statistik nonparametrik selain Coefisien Contingensi tidak lazim dilakukan.
b. Data ordinal
Bagian lain dari data
kontinum adalah data ordinal. Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga
memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia
digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling
tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap
objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set
objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya,
bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya
tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling
rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk.
Misalnya dalam skala
Likert (Moh Nazir), mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju
sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan
masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari
tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja menghadiri,
dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah menghadiri,
dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari
hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.
Alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang lazim
digunakan untuk data ordinal adalah Spearman Rank Correlation dan Kendall Tau.
c. Data interval
Pemberian angka kepada
set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu
sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data
ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan
tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan
data interval.
Misalnya tentang nilai
ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran
interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat
dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1 = 2. Beda
prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 – 3 = 3. Akan tetapi tidak bisa
dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A ataupun
prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa B.
Dari hasil pengukuran
dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval. Alat
analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik parametrik yang lazim digunakan
untuk data interval ini adalah Pearson Korelasi Product Moment, Partial
Correlation, Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple Regression.
d. Data rasio
Ukuran yang meliputi
semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang
memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan
ukuran rasio (data rasio). Data rasio, yang diperoleh melalui pengukuran dengan
skala rasio memiliki titik nol. Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan
dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik nol di
atas. Oleh karena ada titik nol, maka data rasio dapat dibuat perkalian ataupun
pembagian.
Angka pada data rasio
dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 orang
pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000,
Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat dengan ukuran rasio maka
pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan
pengemudi D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi C adalah
4/3 kali pendapatan pengemudi B.
Dengan kata lain, rasio
antara pengemudi C dan A adalah 4 : 1, rasio antara pengemudi D dan A adalah 5
: 1, sedangkan rasio antara pengemudi C dan B adalah 4 : 3. Interval pendapatan
pengemudi A dan C adalah 30.000, dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali
pendapatan pengemudi A. Contoh data rasio lainnya adalah berat badan bayi yang
diukur dengan skala rasio. Bayi A memiliki berat 3 Kg. Bayi B memiliki berat 2
Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan skala rasio, maka bayi A
memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B memiliki
rasio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C memiliki rasio
berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst.
Dari hasil pengukuran
dengan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data rasio. Alat analisis
(uji hipotesis asosiatif) yang digunakan adalah statistik parametrik dan yang
lazim digunakan untuk data rasio ini adalah Pearson Korelasi Product Moment,
Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple
Regression.Sesuai dengan ulasan jenis pengukuran yang digunakan, maka variabel
penelitian lazimnya bisa di bagi menjadi 4 jenis variabel, yakni variabel
(data) nominal, variabel (data) ordinal, variabel (data) interval, dan variabel
(data) rasio.
Variabel nominal, yaitu
variabel yang dikategorikan secara diskrit dan saling terpisah satu sama lain,
misalnya status perkawinan, jenis kelamin, suku bangsa, profesi pekerjaan
seseorang dan sebagainya. Variabel ordinal adalah variabel yang disusun atas
dasar peringkat, seperti motivasi seseorang untuk bekerja, peringkat perlombaan
catur, peringkat tingkat kesukaran suatu pekerjaan dan lain-lain. Variabel
interval adalah variabel yang diukur dengan ukuran interval seperti indek
prestasi mahasiswa, skala termometer dan sebagainya, sedangkan variabel rasio
adalah variabel yang disusun dengan ukuran rasio seperti tingkat penganggguran,
penghasilan, berat badan, dan sebagainya.
e. Konversi variabel
ordinal
Adakalanya kita tidak
ingin menguji hipotesis dengan alat uji hipotesis statistik nonparametrik
dengan berbagai pertimbangan, baik dari segi biaya, waktu maupun dasar teori.
Misalnya kita ingin melakukan uji statistik parametrik Pearson Korelasi Product
Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regresion dan
Multiple Regression, padahal data yang kita miliki adalah hasil pengukuran
dengan skala ordinal, sedangkan persyaratan penggunaan statistik parametrik
adalah selain data harus berbentuk interval atau rasio, data harus memiliki
distribusi normal. Jika kita tidak ingin melakukan uji normalitas karena data
yang kita miliki adalah data ordinal, hal itu bisa saja kita lakukan dengan
cara menaikkan data dari pengukuran skala ordinal menjadi data dalam skala
interval dengan metode Suksesive Interval.
Menuruti Al-Rasyid,
menaikkan data dari skala ordinal menjadi skala interval dinamakan transformasi
data. Transformasi data itu dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan
Metode Suksesive Interval (MSI). Tujuan dari dilakukannya transformasi data
adalah untuk menaikkan data dari skala pengukuran ordinal menjadi skala dengan
pengukuran interval yang lazim digunakan bagi kepentingan analisis statistik
parametrik.
Transformasi data
ordinal menjadi interval itu, selain merupakan suatu kelaziman, juga untuk
mengubah data agar memiliki sebaran normal. Artinya, setelah dilakukan
transformasi data dari ordinal menjadi interval, penggunaan model dalam suatu
penelitian tidak perlu melakukan uji normalitas. Karena salah satu syarat
penggunaan statistik parametrik, selain data harus memiliki skala interval (dan
rasio), data juga harus memiliki distribusi (sebaran) normal.
Dengan dilakukannya
transformasi data, diharapkan data ordinal sudah menjadi data interval dan
memiliki sebaran normal yang langsung bisa dilakukan analisis dengan statistik
parametrik. Berbeda dengan ststistik nonparametrik, ia hanya digunakan untuk
mengukur distribusi. (Ronald E. Walpole).
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Rasyid, H. Teknik Penarikan Sampel dan
Penyusunan Skala. Pascasarjana UNPAD, Bandung, 1994.
- Anita Kesumahati, Skripsi, PS Matematika,
Unila, Penggunaan Korelasi Polikhorik dan Pearson untuk Variabel Ordinal
Dalam Model Persamaan Struktural, 2005.
- Hays, W. L., Quantificationin Psychology, Prentice Hall. New Delhi, 1976.
- J.T. Roscoe, Fundamental Research
Statistic for the Behavioral Sciences, Hol, Rinehart and Winston, Inc.,
New York, 1969
- J Supranto, Statistik, Teori Dan
Aplikasi, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987
- Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian,
Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
- Ronald E। Walpole,
Pengantar Statistika, Edisi ke-3, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1992.
- Riduan, Dasar-dasar Statistika. Penerbit
ALFABETA Bandung, 2005.
- Sugiono, Prof. Dr. Statistika
Nonparametrik Untuk Penelitian, Penerbit CV ALFABETA, Bandung, 2004.
- Suharto, Bahan Kuliah Statistika,
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Metro, 2007.
- Wijayanto, 2003. Structural Equation
Modeling dengan LISREL 8.5. Pascasarjana FE-UI, Jakarta.
- Zaenal Mustafa El Qodri. 1985.
Pengantar Statistika, Bagian Penerbitan Fakultas Ekokomi Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment