BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
Pendidikan
Islam Multikulturalis, merupakan bentuk pendidikan yang mempertegas adanya misi penyempurnaan akhlak
dalam Islam (liutammima makarimalakhlak) yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW.Pendidikan Multikultural, Pendidikan Islam memang merupakan suatu upaya
pendidikan dan ajaran nilai-nilai Islam menjadi way of life seseorang.Namun
demikian. Sebagai pandangan dan sikap hidup, nilai-nilai tersebut akan bisa
berimplikasi positif maupun negatif, sebab penanaman konsep nilai semacam itu
berpotensi mewujudkan pada sikap integrasi atau disintrgrasi, berpotensi
mengarah pada sikap toleran atau intoleran. Fenomena-fenomena tersebut tidak
menutup kemungkinan akan banyak ditentukan setidaknya oleh pandangan teologi agama dan doktrin
ajarannya; sikap dan perilaku pemeluknya dalam memahami dan menghayatai agama
tersebut; lingkungan sosio-kultural yang mengelilinginya; dan peranan dan
pengaruh pemuka agama, termasuk guru agama, dalam mengarahkan pengikutnya (Muhaimin,
2009 : 46)
PEMBAHASAN
A. Apa Itu Islam
Jika kita perhatikan dalam kamus, arti kata islam
tidak keluar dari makna inqiyad (tunduk) dan istislam
(pasrah). (al-Mu’jam al-Wasith, 1/446).
Diantara penggunaan makna bahasa ini, Allah
sebutkan dalam al-Quran ketika menceritakan penyembelihan Ismail yang dilakukan
Nabi Ibrahim,
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا
Ketika keduanya telah pasrah dan dia meletakkan pelipisnya. Kami panggil
dia, ‘Hai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan mimpi wahyu itu…(QS.
as-Shaffat: 103)
Makna islam secara istilah tidak jauh dari makna
bahasanya.
Imam Muhamad bin Sulaiman at-Tamimi mengatakan,
الإسلام هو الاستسلام لله بالتوحيد والانقياد له بالطاعة ، والبراءة من الشرك وأَهله
Islam adalah pasrah kepada Allah dengan bertauhid,
tunduk kepada-Nya dengan mentaati-Nya, dan berlepas diri dari semua kesyirikan
dan pelakunya. (Tsalatsah al-Ushul, 1/189)
Mengapa harus berlepas diri dari syirik?
Jelas, karena tidak ada manfaatnya orang yang
mengaku islam, namun dirinya masih berbuat kesyirikan atau kekufuran. Sementara
keduanya adalah lawan bagi ajaran islam.
Nama dari
al-Quran
Allah ta’ala sendiri memberi nama agama ini dengan
islam. Allah berfirman,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Sesungguhnya agama yang diterima Allah, hanyalah islam. (QS. Ali
Imran: 19)
Dalil tentang nama ini juga disebutkan dalam ayat
yang lain.
Allah juga memberi nama pengikut islam dengan kaum
muslimin. Allah berfirman,
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. Ikutilah agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah)telah
menamai kamu sekalian dengan kaum muslimin dari dahulu, dan
(begitu pula) dalam al-Quran ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu
dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.. (QS. al-Hajj:
78)
Di Balik Nama Islam
Semua aliran dan semua agama punya nama. Dan jika kita perhatikan, hampir
semua nama agama dan aliran itu kembali kepada sosok tertentu atau kelompok
tertentu. Seperti nasrani, diambil dari nama bangsa Nashara, Yahudi diambil
dari nama kabilah Yahudza, Budha diambil dari kata Budhis, dst.Berbeda dengan islam. Nama ini tidak dikembalikan pada nama sosok atau tokoh tertentu atau suku tertentu. Karena nama ini menunjukkan isi ajarannya. Karena itulah, dalam sejarah agama, tidak dikenal istilah pencetus islam, atau pendiri islam. Disamping ajarannya lebih menyeluruh, bisa diikuti semua kelompok masyarakat.
(al-Islam: Ushul wa Mabadi, 2/105).
Islam Ada Dua
Dengan melihat definisi islam, yang intinya adalah pasrah dan tunduk pada
semua aturan Allah, para ulama membagi islam menjadi dua,Pertama, islam dalam arti umum
Yang dimaksud islam dalam arti umum adalah semua ajaran para nabi, yang intinya mentauhidkan Allah dan mengikuti aturan syariat yang berlaku ketika itu.
Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,
الإسلام بالمعنى العام:
هو التعبد لله بما شرع منذ أن أرسل الله الرسل إلى أن تقوم الساعة
Islam dalam arti umum adalah menyembah Allah sesuai dengan syariat yang Dia
turunkan, sejak Allah mengutus para rasul, hingga kiamat. (Syarh Ushul
at-Tsalatsah, hlm. 20)Berdasarkan pengertian ini, berarti agama seluruh Nabi dan Rasul beserta pengikutnya adalah islam. Meskipun rincian aturan syariat antara satu dengan lainnya berbeda.
Diantara dalil mengenai islam dalam makna umum, dalam al-Quran, Allah menyebut Ibrahim dan anak keturunannya, orang-orang islam.
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.”
(QS. al-Baqarah: 132).Allah juga mengingkari klaim sebagian orang bahwa Ibrahim penganut yahudi dan nasrani,
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ
Kalian (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim,
Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau
Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah
yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang
ada padanya?” (QS. al-Baqarah: 140).Kedua, islam dalam arti khusus
Islam dalam arti khusus adalah ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syariat beliau menghapus syariat sebelumnya yang bertentangan dengannya .
Imam Ibnu Utsaimin menyebutkan,
والإسلام بالمعنى الخاص بعد بعثة النبي صلى الله عليه وسلم يختص بما بعث به محمد صلى الله عليه وسلم لأن ما بعث به النبي صلى الله عليه وسلم نسخ جميع الأديان السابقة فصار من أتبعه مسلماً ومن خالفه ليس بمسلم
Islam dengan makna khusus adalah
islam setelah diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khusus dengan
ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Syariat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghapus semua agama sebelumnya. Sehingga
pengikutnya adalah orang islam, sementara yang menyimpang dari ajaran beliau,
bukan orang islam. (Syarh Ushul at-Tsalatsah, hlm. 20)
Pengikut para nabi terdahulu,
mereka muslim ketika syariat nabi mereka masih berlaku. Ketika Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam diutus, syariat mereka tidak berlaku, sehingga mereka
bisa disebut muslim jika mengikuti syariat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Sebagai permisalan, ketika ada
orang nasrani yang mengikuti ajaran Isa lahir batin. Dia komitmen dengan ajaran
paling otentik yang disampaikan Isa, kecuali satu masalah, yaitu ketika Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, dia tidak mau mengikuti beliau, maka
orang ini bukan muslim.
B. Pendidikan Islam Multikultural
Pendidikan
Islam Multikulturalis, merupakan bentuk pendidikan yang mempertegas adanya misi penyempurnaan akhlak
dalam Islam (liutammima makarimalakhlak) yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW.Pendidikan Multikultural, Pendidikan Islam memang merupakan suatu upaya
pendidikan dan ajaran nilai-nilai Islam menjadi way of life.Namun demikian.
Sebagai pandangan dan sikap hidup, nilai-nilai tersebut akan bisa berimplikasi
positif maupun negatif, sebab penanaman konsep nilai semacam itu berpotensi
mewujudkan pada sikap integrasi atau disintrgrasi, berpotensi mengarah pada
sikap toleran atau intoleran. Fenomena-fenomena tersebut tidak menutup
kemungkinan akan banyak ditentukan setidaknya oleh pandangan teologi agama dan doktrin
ajarannya; sikap dan perilaku pemeluknya dalam memahami dan menghayatai agama
tersebut; lingkungan sosio-kultural yang mengelilinginya; dan peranan dan
pengaruh pemuka agama, termasuk guru agama, dalam mengarahkan pengikutnya
(Muhaimin, 2009 : 46)
Fenomena-fenomena
tersebut akan muncul apabila pandangan teologi agama dan ajaran yang dipegangi
bersifat ekstrim, dibarengi dengan model pemahaman dan penghayatan agama yang
simbolik, tekstual dan scriptural,karena penjelasan-penjelasan dan arahan dari
para guru agama yang bersifat doktriner, rigid
dan mengembangkan sikap fanatisme buta serta dukungan oleh lingkungan
sosio-kultural yang eksklusif, maka bisa jadi akan melahirkan sikap-sikap
intoleran dan agama diposisikan sebagai faktor diintegratif atau intoleransi.
Dalam
rangka merespons tantangan dunia pendidikan tersebut, maka pengembangan
pendidikan sangatlah tepat apabila bisa diterapkan dalam dunia pendidikan
(lembaga sekolah). Karena pendidikan multicultural sebagaimana disebutkan
Ainurrafik Dawam, yakni proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghadapi pluralitas dan heterogenitanya sebagai konsekuensi keragaman budaya,
etnis, suku, dan aliran (agama) (Ngainun Naim & Achmad Sauqi, : 2010 : 50).[1]
Dengan
demikian, pendidikan seperti itu,
peserta didik diharapkan memiliki rasa hormat dan penghargaan
setinggi-tingginya terhadap harkat dan martabat manusia tanpa memandang latar
belakang kehidupannya.
Secara terperinci,
ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan dari konsep pendidikan Islam
pluralis-multikultural tersebut, antara lain : pertama, pendidikan Islam
pluralis-multikultural adalah pendidikan yang menghargai dan merangkul segala
bentuk keragaman. Kedua, pendidikan pluralis-multikultural merupakan sebuah
usaha sistematis untuk membangun pengertian, pemahaman, dan kesadaran anak
didik terhadap realita pluralis-multikultural yang ada. Ketiga, pendidikan
pluralis-multikultural memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembangnya
sense of self kepada setiap anak didik.[2]
Dengan demikian, pendidikan Islam
pluralis-multikultural akan mampu menumbuhkan kearifan berpikir anak didik
dalam melihat segala bentuk perbedaan, dan anak didik dengan leluasa
memposisikan dirinya untuk mengapresiasikan potensi dan karakter yang
dimilikinya.
Lebih lanjut,
selain ketiga aspek tersebut menurut A. Malik Fadjar pendidikan Islam perlu
untuk dikembangkan lagi ke arah : (1) pendidikan Islam Multikulturalis, yakni
pendidikan Islam dikemas dalam watak multicultural, ramah menyapa pebedaan
budaya, social dan agama; (2) mempertegas misi penyempurnaan akhlak (liutammima
makarimalakhlak); dan (3) spiritual watak kebangsaan, termasuk spiritualisasi
berbagai aturan hidup untuk membangun bangsa yang beradab (Muhaimin, 2009 :
47).
Untuk mewujudkan upaya-upaya tersebut,
diharapkan kepada guru selaku pendidik untuk mau berusaha meningkatkan,
memperkuat serta memperluas wawasan keislaman peserta didik, karena dengan
keluasan wawasan keislaman tentang
keberagaman, akan berimplikasi pada sikap husnudzan serta akan memiliki
akhlakul karimah, baik terhadap sesama agama maupun kepada orang lain.
C. Hadist Pendidikan
Multikultural
1.
Hadits Nabi
Muhammad saw menyatakan semua hamba Allah bersaudara. Seperti yang dijelaskan
dalam hadits di bawah ini :
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم
قال : إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث ولا تحسسوا ولا تجسسوا ولا تحاسدوا ولا
تدابروا ولا تباغضوا ، وكونوا عباد الله إخوانا
Artinya:
“Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Takutlah
kalian terhadap persangkaan buruk, sesungguhnya prasangka buruk adalah
seburuk-buruknya pemberitaan dan janganlah kalian mencari aib orang lain,
mendengki, membenci dan saling bermusuhan. Dan jadilah hamba Allah yang saling
bersaudara.”[12]
2.
Hadits Nabi
Muhammad saw menyatakan tidak ada keutamaan dari orang Arab dengan bukan
orang Arab. Semua suku bangsa baik Asia, Eropa, ameriaka, Kulit Putih atau
kulit Hitam semuanya sama dihadapan Allah swt.
قال رسول
الله يا أيها الناس ألا إن ربكم واحد و إن أباكم واحد ألا لا فضل لعربي على أعجمي
و لا أعجمي على عربي و لا لأحمر على أسود ولا أسود على أحمر إلا
بالتقوى (رواه أحمد)
Artinya :
Wahai manusia sekalian, ketahuilah bahwa Tuhan kalian satu, bapak kalian juga
satu, ketahuilah tidak ada keutamaan dari orang arab terhadap non arab, dan
juga tidak ada keutamaan orang non arab dari orang arab kecuali ketakwaannya.
(HR. Imam Ahmad).
3.
Hadits Nabi
Muhammad saw menyatakan bahwa agama yang dicintai Allah adalah agama yang lurus
dan toleran.
حَدَّثَنِا عبد الله حدثنى أبى حدثنى يَزِيدُ قَالَ أنا
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad
bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata;
Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh
Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus
lagi toleran)"[13]
4.
Hadits Nabi
Muhammad saw mengajarkan untuk menciptakan perdamaian dan rasa aman bagi
kehidupan seluruh umat manusia tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antar
golongan.
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ آذَى
ذِمِّيًّا فَأَنَا خَصْمُهُ وَمَنْ كُنْتُ خَصْمَهُ خَصَمْتُهُ يَوْمَ
القِيَامَةِ(أَخْرَجَهُ الخَطِيبُ)
Artinya :
Dari Ibnu Mas’ud ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Siapa
yang menyakiti seorang kafir dzimmi, maka aku kelak yang akan menjadi musuhnya.
Dan siapa yang menjadikanku sebagai musuhnya, maka aku akan menuntutnya pada
hari kiamat.”
5.
Hadits Nabi
Muhammad saw mengajarkan untuk menjalin komunikasi meskipun dengan non muslim.
إذا سلم
عليكم أحد من أهل الكتاب فقولوا : و عليكم (رواه الترمذي و إبن مجه).
Artinya, “Apabila
salah seorang ahli kitab mengucapkan salam kepada kalian, maka jawablah denan
‘Wa’alaikum’.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
6.
Hadits Nabi
Muhammad saw mengajarkan untuk bersikap adil dengan memberikan hak secara
proporsional.
يقول الله تعالى : يا عبادي! إني حرمت الظلم على نفسي و
جعلته بينكم محرما فلا تظالموا (رواه مسلم)
Artinya :
Allah SWT. berfirman “Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya aku telah
mengharamkan kedhaliman terhadap diriku sendiri, dan aku telah menjadikannya
haram pula di antara kalian, maka janganlah saling mendhalimi.” (HR.
Muslim)
Dari
beberapa ayat Al-Quran dan Hadits nabi di atas dapat dipahami bahwa
Multikulturalisme pada dasarnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Keanekaragaman yang ada bukan sebuah permasalahan namun justru menjadi suatu
kekayaan yang bisa saling melengkapi dalam membangun peradaban masyarakat.
Kesimpulan
Pendidikan Islam Multikulturalis, merupakan
bentuk pendidikan yang mempertegas
adanya misi penyempurnaan akhlak dalam Islam (liutammima makarimalakhlak) yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
masyarakat
multikulturalisme merupakan masyarakat yang mampu mengedepankan adanya berbagai
keragaman budaya dalam lingkungan masyarakat luas dan meyakini bahwa keragaman
tersebut merupakan suatu keniscayaan yang telah menjadi sunatullah yang tidak
bisa diingkari.
Hadits Nabi
Muhammad saw menyatakan semua hamba Allah bersaudara. Seperti yang dijelaskan
dalam hadits di bawah ini :
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم
قال : إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث ولا تحسسوا ولا تجسسوا ولا تحاسدوا ولا
تدابروا ولا تباغضوا ، وكونوا عباد الله إخوانا
Artinya:
“Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Takutlah
kalian terhadap persangkaan buruk, sesungguhnya prasangka buruk adalah
seburuk-buruknya pemberitaan dan janganlah kalian mencari aib orang lain,
mendengki, membenci dan saling bermusuhan. Dan jadilah hamba Allah yang saling
bersaudara.”[12]
DAFTAR
PUSTAKA
Naim, Ngainun & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural : Konsep dan
Aplikasi, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, Cetakan II, 2010.
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi
Revisi), Jakarta : Bumi Aksara, Cetakan Kelima, 2010.
No comments:
Post a Comment